top of page

Dinasti Dakwah

  • Deratih Putri Utami Awaliyah Firdaus
  • May 4, 2016
  • 5 min read

Muslimah dan dakwah merupakan dua kata yang saling bertautan satu sama lain. Mengapa? Karena para pejuang dakwah dilahirkan dari rahim seorang muslimah yang telah berhasil menyiapkan bekal ilmu dakwah sejak dini, seperti menggajarkan nilai-nilai keislaman dan kehidupan dengan mengacu pada perilaku akhlakul karimah yang sudah pasti kini telah mendarah daging dalam jiwa para pejuang dakwah tersebut. Selain itu, muslimah tidak hanya melahirkan para pejuang dakwah masa kini, akan tetapi para muslimah bahkan ikut andil sebagai garda pertahanan terdepan dalam memimpin muslimah lain untuk memperjuangkan dakwah islam dengan mengorbankan segenap harta, jiwa dan raganya. Sekarang yang menjadi pertanyaan, apakah saat ini kita sudah masuk ke dalam golongan para muslimah pejuang dakwah islam atau bahkan hanya menjadi penonton dari perjuangan para wanita muslim yang sedang mati matian mensyiarkan dakwah islam? Jawabanya ya atau tidak atau bahkan ragu-ragu.

Merujuk pada pertanyaan mengenai tingkat keterlibatan muslimah dalam arena dakwah, dapat dipastikan bahwa kebanyakan dari kita tidak memiliki keberanian yang cukup untuk mengatakan ya atau tidak, jadi untuk lebih amannya ukhti-ukhti yang solehah lebih mengambil sikap untuk mengatakan ragu dengan alasan bahwa saya tidak memiliki kapasitas yang besar untuk menilai keterlibatan saya dalam dakwah. Pertanyaan baru pun muncul, mengapa kita masih meragukan posisi kita dalam memperjuangkan dakwah? Apakah karena hanya sebagai prajurit dalam suatu organisasi dakwah? Atau karena tidak memiliki ilmu agama islam yang sangat luas layaknya ilmu yang dimiliki oleh para kiyai, ustadz atau ustadzah tersohor dan ternama di dunia ini? Tentunya untuk menjawab hal ini para wanita muslimah sudah memiliki jawaban tersendiri yang dirasa cukup untuk menggambarkan sejauh mana perananya dalam dakwah.

Berangkat dari dua alasan yang sering dilontarkan oleh para muslimah yang masih meragukan kiprahnya dalam dakwah, saya langsung teringat tentang apa yang sering dikatakan berulang kali oleh sang murabbi mengenai hal ini. Beliau seringkali mengatakan bahwa dakwah adalah sesuatu yang sangat berat dan tidak akan berat jika kita menjalankannya dengan ikhlas dan berjamaah. Kita sebagai muslimah jangan pernah meragukan diri kita untuk terjun bebas di jalan dakwah karena Allah sudah jelas-jelas menjanjikan bahwa barang siapa yang menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. Jadi, pada prinsipnya jika kita menganalogikan dakwah sebagai suatu bangunan, apapun posisi kita dalam bangunan tersebut baik sebagi lantai, tiang ataupun atap, kita harus menjalankan fungsi kita sebagai mana mestinya karena jika posisi kita sebagai tiang dan kita tidak menjalankan fungsi layaknya tiang, maka yakinlah bangunan itu tidak akan pernah berdiri sampai kapanpun. Begitu pula ketika posisi kita berubah dari atap menjadi lantai, maka jalankanlah apa yang sudah menjadi kewajiban kita dalam bangunan tersebut, karena jika atap akan ingin selalu menjadi atap padahal ada atap lain yang jauh lebih kokoh, maka atap yang baru akan merobohkan atap yang lama dan merusak seluruh komponen dalam bangunan tersebut. Dengan analogi yang telah dipaparkan sebelumnya, maka yang harus kita ambil poinnya adalah keyakinan untuk berdakwah sangat diperlukan sebagai ideologi dan batu loncatan untuk menggemparkan dakwah islam hingga ke penjuru dunia karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa apapun posisi kita dalam dakwah tidak bisa menjadi alasan bahwa kita masih ragu tentang siapa kita dan seberapa besar kiprah kita dalam dakwah.

Kemudian untuk alasan kedua mengenai ketidakyakinan kiprah kita dalam dakwah karena kita belum memiliki ilmu agama yang cukup untuk dikatakan sebagai aktivis dakwah. Disini perlu kita ketahui bersama bahwa dalam sebuah syir dikatakan “Nahnu Du’at qabla Kulli Syai in” artinya kita adalah da’i sebelum menjadi apapun. Ketika Allah menakdirkan kita untuk lahir ke dunia ini dan menjalani hidup bersama manusia yang lainya sebagai makhluk sosial, pada saat itulah kita telah ditetapkan untuk menjadi seorang pendakwah dengan segala bekal yang telah kita dapatkan selama menjalani hidup di dunia ini, seperti ilmu pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya. Jadi, apapun yang kita miliki saat ini baik ilmu, harta dan keterampilan, maka sudah menjadi kewajiban bagi kita semua agar dapat memberikan apa yang kita miliki tersebut sebagai ladang dakwah.

Selain itu, untuk mematahkan alasan kedua ini kita dapat mengkaji lebih dalam mengenai syair yang mungkin sudah tidak asing lagi didengar oleh kita semua yang berbunyi “sampaikanlah walau satu ayat, demi kebaikan kita semua”. Mungkin syair itu sudah sangat jelas untuk menghalau alasan kita yang masih ragu dalam dakwah karena belum memiliki ilmu agama yang sangat luas layaknya ustadz atau kiyai yang telah mampu mematahkan argumen berbagai padangan buruk mengenai islam yang merupakan agama rahmatan lil alamin. Sekali lagi, untuk dapat berkiprah dalam dunia dakwah tidak harus menunggu kita sudah menguasai seluruh ilmu agama mulai dari fiqih, aqidah akhlak hingga tafsir. Jika seluruh muslimah berpikiran sama seperti ini, maka yakinlah bahwa tidak akan ada lagi muslimah yang bergerak dalam dunia dakwah ini karena selain hakikat manusia yang tidak pernah merasa puas sehingga para muslimah hanya akan sibuk untuk menunggu dalam hal pencapaian tingkat kepuasan dalam mendalami ilmu agama, padahal dengan sikap seperti ini justru kita melupakan satu hal penting bahwa ketika kita mendapat ilmu baru, wajib hukumnya untuk menyebarluaskan ilmu tersebut kepada orang banyak.

Berdasarkan penjabaran yang cukup singkat ini, masih adakah alasan kita tetap meragukan diri sendiri untuk mampu menjadi seorang muslimah pejuang dakwah? Silahkan jawab dengan hati nurani ukhti-ukhti sekalian. Dengan kesadaran diri yang tinggi tentu ketika kita mengatakan bahwa kami akan menerjunkan diri kedalam jalan dakwah ini, maka ketika kita menjalani proses untuk menerjunkan diri tidak semudah menggerakkan bola mata ke kanan dan ke kiri. Akan banyak sekali hal mungkin membuat kita terbesit untuk manarik diri dari jalan dakwah ini. Misalnya, ketika kita mulai memperbaiki penampilan diri dengan harapan menjadi seorang muslimah yang senantiasa menaati segala perintah Allah dan mengamalkan segala sunah rasul dengan cara mengulurkan jilbab menutupi dada serta meninggalkan fashion treendy yang tidak syari untuk dipakai oleh seorang muslimah, maka orang lain bahkan orang terdekat kita akan menganggap kita sudah tidak lagi fashionable dan kekinian. Mungkin tidak sedikit dari kita yang ketika berniat untuk mengubah penampilan sebagai langkah awal untuk mencoba menggemakan kalam Allah mengalami pertentangan dari kedua orangtua karena orangtua kita mengkhawatirkan kita terjerumus kedalam gerakan radikal yang mengaku dirinya islam. Tetapi apapun hambatan yang kita alami untuk tetap berkiprah dalam jalan dakwah ini, percayalah bahwa Allah selalu membersamai kita dalam segala langkah, helaan nafas dan detak jantung kita.

Kini sudah saatnya kita menyadarkan diri sendiri dengan kesadaran yang tinggi bahwa seberat apapun jalan yang kini kita tempuh jangan pernah sekalipun kita mundur dari jalan ini karena perlu diingat bahwa ketika kita mundur satu langkah saja dalam jalan ini, maka kita yang akan merasa rugi karena dengan mundurnya kita dalam jalan ini Allah akan menggantikan kita dengan orang lain yang jauh lebih baik dari kita. Pertanyaan selanjutnya, apakah dakwah akan terhenti dengan keraguan bahkan kemunduran kita dalam zona yang mengharuskan kita berupaya jauh lebih keras dibandingkan orang lain yang tidak memikirkan sedikitpun tentang dakwah? Sudah pasti jawabannya adalah tidak, karena ada atau tidaknya kita bergerak dalam arena dakwah, tidak akan mampu menghentikan pergerakan dakwah ini karena satu detik saja kita lengah dalam jalan ini maka akan ada banyak orang yang memanfaatkan satu detik kelengahan kita untuk terus mensyiarkan agama Allah. Menjadi penonton para pajuang dakwah yang hanyak bersorak sorak ketika pejuang dakwah mengalami keberhasilan dalam sebuah pencapaian yang besar tidak memiliki nilai sedikitpun dibandingkan dengan kita ikut berjuang bersama pejuang agama Allah dengan daya dan usaha semaksimal mungkin untuk kemaslahatan umat.

Jadi ukhti-ukhti solehah sekalian, masihkan ukhti ragu untuk terjun langsung dalam jalan ini? Silahkan jawab dengan melibatkan segenap hati dan pikiran yang matang demi lahirnya pejuang dakwah hebat dan tangguh yang mampu menjalankan estafet dakwah selanjutnya.

Wallahuallam bissawab,

 
 
 

Comentários


Featured Posts
!
Recent Posts
!
Search By Tags
Archive
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square

FAVORITES​

New Article

!
Widget Didn’t Load
Check your internet and refresh this page.
If that doesn’t work, contact us.

CONTACT ME

Instagram : @FULDMKG

Twitter: @FULDMKG_ID

Facebook Fanpage: facebook.com/fuldmkg
Email: fuldmkgindonesia@gmail.com

© 2023 by JOHN SMITH. Proudly created with Wix.com

bottom of page